KETIKA anda menulis, anda hanya perlu menulis. Urusan anda hanya menghasilkan kata sebanyak mungkin dalam waktu secepat mungkin, tanpa merisaukan apakah kalimat anda beres atau tidak, pemilihan kata-katanya kuat atau tidak, presisi atau tidak, ada kesalahan ejaan atau tidak. Anda menulis sebebas-bebasnya.
Anda hanya menuangkan gagasan dan mengalirkan imajinasi dan membiarkan jari-jari anda bekerja cepat untuk mengubah ide
dan imajinasi menjadi tulisan. Urusan anda hanya menghasilkan tulisan
yang selesai. Itu yang terpenting dari proses menulis.
Menulis cerita pendek juga begitu. Anda bekerja
secepat-cepatnya untuk menghasilkan cerita pendek yang selesai. Itu urusan anda
dalam tahap pertama penulisan, sebelum anda melangkah ke tahap berikutnya, yaitu
editing, atau self-editing.
Menulis dan mengedit tidak bisa dikerjakan bersama-sama. Anda
akan kewalahan jika menulis sambil mengedit. Jika pikiran kritis atau
“penyunting” muncul dalam proses ini, ia akan selalu mengkritik. “Kalimat ini
salah! Ganti sekarang!” atau “Ini tidak bagus, hapus saja!” Berulang-ulang
seperti itu dan anda akhirnya berhenti menulis.
Untuk memahami lebih lanjut, mari kita lihat mengapa proses
menulis dan mengedit harus dipisahkan.
Menulis—Kebebasan Berkreasi
Anda duduk di hadapan layar komputer atau di depan lembaran
kertas kosong. Ide-ide berloncatan ke sana kemari di kepala anda—adegan
dramatis, karakter unik, dialog sengit. Anda ingin menangkap semuanya sebelum mereka
menguap begitu saja. Untuk itu, anda melakukan freewriting. Anda menulis
bebas. Anda memberi kesempatan seluas-luasnya pada imajinasi untuk berkembang
tanpa hambatan.
Menulis bukan urusan kesempurnaan; menulis adalah urusan
bagaimana anda menyelesaikan tulisan anda. Kalimat-kalimat anda di tahap ini boleh
berantakan, mengulang-ulang, atau tata bahasanya tidak rapi. Tidak ada masalah.
Ini hanya "draft kasar", menyimpan potensi besar, dan anda bisa memolesnya
pada kesempatan yang berbeda setelah anda menyelesaikan draft.
Ketika anda menulis sambil menyunting, anda menghentikan
aliran ide. Anda akan terus kembali pada kalimat pertama, berusaha memperbaiki
setiap kesalahan kecil, dan pada akhirnya:
- Menulis
menjadi lambat dan macet.
- Anda
kehilangan momentum dan gairah yang membuat anda terus menulis.
- Anda tidak
menyelesaikan tulisan karena terjebak pada satu bagian kecil yang mungkin
bahkan tidak penting.
Jadi, biarkan ide-ide anda tertuang di halaman-halaman kertas
atau komputer. Jangan menyabot diri sendiri di tahap ini.
Mengedit—Seni Mempertajam Cerita
Pada tahap ini, silakan anda mengkritik draft itu dan membereskan
apa pun yang masih berantakan. Self-editing adalah proses membaca ulang tulisan
dengan mata objektif—mencari bagian yang lemah, memperbaiki struktur cerita,
mengasah dialog, dan menyempurnakan kalimat.
Jika menulis kata kuncinya adalah kebebasan, menyunting adalah
ketelitian. Anda akan bertanya:
- Apakah
alur cerita berjalan logis?
- Apakah
karakter bertindak sesuai motivasi?
- Apakah
kalimat-kalimatnya kedodoran?
- Apakah
dialognya mengerikan?
- Apa
yang perlu dibuang dan apa yang harus ditambahkan?
Self-editing memerlukan kecakapan analisis dan pola
pikir yang berbeda dari proses menulis. Di tahap ini, memoles tulisan buruk yang
telah anda selesaikan menjadi karya yang memikat. Tapi, tahap ini baru bisa anda
lakukan jika anda punya draft kasar yang telah selesai.
Silakan di tahap ini anda sibuk memikirkan detail-detail
kecil. Jika anda melakukannya pada saat menulis, cerita anda tidak akan pernah
selesai.
Sekali lagi, Pisahkan Kedua Proses Ini
Memisahkan proses menulis dan mengedit berguna bagi Anda karena
beberapa alasan di bawah ini:
1. Menghindari Perfeksionisme Dini
Banyak penulis terjebak dalam kebiasaan memperbaiki setiap kalimat saat menulis. Akibatnya, mereka berhenti di tengah jalan karena merasa tulisannya “tidak cukup bagus.” Perfeksionisme ini merusak produktivitas dan kepercayaan diri.
Dengan memisahkan menulis dari self-editing, Anda memberi izin pada diri sendiri untuk menulis dengan bebas tanpa rasa takut membuat kesalahan. Ingat, naskah pertama tidak perlu sempurna—tugasnya hanya selesai.
2. Memanfaatkan energi kreatif secara optimal
Menulis membutuhkan energi kreatif dari sisi otak yang berfokus pada ide, imajinasi, dan emosi. Menyunting membutuhkan pemikiran logis dan kritis.
Jika anda memaksa kedua proses ini berjalan bersamaan, energi kreatif anda akan terkuras lebih cepat. Anda kelelahan sebelum cerita selesai.
3. Melihat dari perspektif baru melalui editing
Setelah menyelesaikan draft pertama, beri jarak waktu sebelum memulai self-editing. Jeda ini membantu anda melihat cerita dengan mata segar dan lebih objektif. Anda bisa mengevaluasi bagian mana yang kuat, bagian mana yang lemah, dan bagaimana cerita bisa diperbaiki.
Tanpa memberi jarak waktu, anda mungkin sulit melihat kesalahan karena terlalu dekat dengan tulisan itu.
4. Menyelesaikan draft lebih cepat
Dengan fokus hanya pada menulis di tahap awal, anda akan lebih cepat menyelesaikan cerita. Naskah kasar yang selesai lebih baik daripada naskah sempurna yang tidak pernah selesai. Setelah cerita selesai, barulah anda beralih ke self-editing untuk membuatnya lebih baik.
Dengan memisahkan kedua proses itu, anda akan menjadi lebih
produktif, lebih efisien dalam bekerja, dan leluasa dalam menjaga kebebasan
kreatif. Menulis membutuhkan keberanian untuk menuangkan ide tanpa rasa takut,
sementara self-editing membutuhkan ketelitian untuk menyempurnakan ide
tersebut.
Salam,
A.S. Laksana
Sebab anda ingin menulis cerita dan ebook ini memberi anda langkah
simpel yang tidak anda duga.
Anda mungkin bisa menemukan cerita dalam satu jam dan menuliskan
cerpen utuh dalam satu atau dua jam berikutnya.