MUNGKIN anda pernah mendengar saran ini sebelumnya: karakter adalah bagian terpenting sebuah cerita. Ia pusat cerita. Jika karakter-karakter di dalam cerita anda tidak cukup menarik, cerita anda juga tidak akan cukup menarik. Tapi apa artinya "cukup menarik" dan bagaimana anda bisa tahu bahwa karakter anda sudah cukup menarik?
Beberapa hal di bawah ini bisa anda gunakan untuk memeriksa apakah karakter anda menarik atau kurang menarik.
*
"Datar, satu dimensi"
Karakter cerita anda datar, seperti papan, dan itu membosankan. Mereka tidak memiliki kedalaman, tidak memiliki kompleksitas, dan kurang detail. Singkatnya, mereka tidak menarik. Pembaca akan menghukum anda jika karakter-karakter cerita anda datar, dan bentuk hukuman terburuk bagi sebuah cerita adalah tidak dibaca orang.
"Seperti boneka"
Langkah pertama untuk menciptakan karakter yang menarik adalah memberi mereka kepribadian. Tanpa kepribadian, karakter anda akan terasa seperti boneka plastik: Ia hambar, dan membosankan. Salah satu cara yang bisa anda lakukan untuk membuat karakter anda punya kepribadian adalah dengan memberinya cacat.
Aspek negatif pada orang baik adalah cacat. Sebaliknya, aspek positif pada orang jahat adalah cacat juga. Cacat pada karakter akan membuatnya tidak sempurna, dan ketidaksempurnaan akan menjadikannya lebih realistis sebagai karakter.
Dengan karakter yang seperti boneka, cerita anda, kalaupun menarik, paling banter akan tampak seperti cerita remaja, dengan karakter yang serba sempurna, baik dalam kecantikan, ketampanan, kebaikan, maupun kejahatan.
"Tidak bernyawa"
Jika karakter anda seperti boneka, ia tidak akan tampak seperti makhluk bernyawa. Dan karakter yang tidak bernyawa tentunya akan sulit dipercaya, sebab orang-orang dalam kehidupan nyata tidak bertindak seperti boneka, atau seperti robot; mereka memiliki keinginan dan kebutuhan sendiri yang mendorong mereka bertindak dalam berbagai situasi. Dengan kata lain, jika karakter-karakter anda tidak bernyawa, tidak mungkin mereka menghadirkan “sense of realism” bagi cerita anda.
"Tidak membangkitkan simpati"
Simpati adalah respons emosional. Anda merasa kasihan kepada seseorang dan ingin semuanya berjalan baik-baik saja bagi dia. Dalam seni bercerita, salah satu yang membuat pembaca selalu ingin tahu apa kelanjutannya adalah ketika mereka bersimpati kepada karakter-karakter anda. Jika tidak ada hal yang membuat pembaca bisa bersimpati kepada karakter anda, sulit bagi mereka untuk peduli terhadap apa pun yang akan terjadi dalam cerita.
"Stereotipe"
Karakter cerita anda menjadi stereotipikal ketika anda gagal mengerjakan aspek-aspek detail, baik fisik maupun nonfisik, untuk menjadikannya unik. Beberapa karakter stereotipe yang sering anda jumpai, antara lain: Karakter melarat pasti bijak dan sabar; orang-orang yang lugu ternyata arif; orang kaya selalu sombong; pengusaha besar adalah orang serakah; pejabat publik pasti culas; satpam bertindak slapstick; pemuka agama ternyata pendusta; para penjahat suka menyeringai.
Karakter-karakter stereotipe semacam itu membosankan. Dan mereka sebetulnya bukan karakter, sebab karakter selalu unik, dan karena keunikan itulah mereka disebut karakter. Stereotipe lahir dari dua kemungkinan; pertama, dari ketidakpahaman penulisnya terhadap detail; kedua, dari prasangka yang seringkali dilandasi hasrat berkobar untuk mengkritik keadaan.
"Klise"
Klise adalah elemen cerita apa pun yang telah berulang kali digunakan sehingga kehilangan maknanya. Karakter-karakter stereotipe dengan sendirinya melahirkan klise, dalam berbagai aspek penceritaan.
*
Itu beberapa alasan yang menjadikan karakter cerita anda payah. Dan itu masalah besar bagi penulis, sebab karakter yang payah akan menimbulkan rentetan masalah lainnya: tindakan-tindakannya payah dan dialog-dialognya wagu, dan cerita anda menjadi sulit dipercaya jika karakternya payah dan dialognya wagu.
Semoga catatan ini bermanfaat.[]